Apresiasi Sastra
Oleh : Indra Jalaludin
Apresiasi
Berdasarkan Kamus Besar bahasa Indonesia yang dimaksud
dengan apresiasi adalah 1. kesadaran terhadap nilai seni dan budaya; 2. penilaian
(penghargaan) terhadap sesuatu; 3. kenaikan nilai barang karena harga pasarnya
naik atau permintaan akan barang itu bertambah. Jadi yang dimaksud dengan
apresiasi adalah suatu bentuk atau cara memperindah, menghargai, menilai
terhadap sesuatu baik itu karya sastra, seni dengan penuh kesadaran, dengan
penuh penghayatan, dan penuh kenikmatan.
Adapun cara untuk mengapresiasi dapat dilakukan dengan
beberapa cara, diantaranya yaitu dilakukan dengan penuh : 1. pengenalan yang
merupakan langkah awal untuk mengapresiasi; 2. pemahaman atau mengenal termasuk
jenis karya sastra apa yang dibaca; 3. penafsiran atau interpretasi adalah proses komuniksi melalui lisan atau
gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan
simbol-simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagain interpretasi
simultan) atau berurutan (dikenal sebagain interpretasi berurutan); 4.
penghayatan (melibatkan batin dan perasaan); 5. Penikmatan,
dimana ketika tahap satu sampai dengan empat akan diperoleh kenikmatan.
Unsur-Unsur Apresiasi
Aspek
kognitif
berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur
kesastraan yang bersifat objektif. Unsur-unsur kesastraan yang bersifat
objektif tersebut selain dapat berhubungan dengan unsur-unsur yang secara
internal terkandung dalam suatu teks sastra atau unsur intrinsik, juga dapat
berkaitan dengan unsur-unsur di luar teks sastra itu sendiri atau unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik sastra yang bersifat objektif itu misalnya tulisan
serta aspek bahasa dan struktur wacana dalam hubungannya dengan kehadiran makna
yang tersurat. Sedangkan unsur ekstrinsik antara lain berupa biografi
pengarang, latar proses kreatif penciptaan maupun latar sosial-budaya yang
menunjang kehadiran teks sastra.
Aspek emotif
berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembicara dalam upaya menghayati
unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca. Selain itu, unsur emosi
juga sangat berperanan dalam upaya memahami unsur-unsur yang bersifat
subjektif. Unsur subjektif itu dapat berupa bahasa paparan yang mengandung
ketaksaan makna atau yang bersifat konotatif-interpretatif serta dapat pula
berupa unsur-unsur signifikan tertentu, misalnya penampilan tokoh dan setting
yang bersifat metaforis.
Aspek evaluatif
berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik-buruk, indah
tidak indah, sesuai tidak sesuai serta sejumlah ragam penilaian lain yang tidak
harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki
oleh pembaca. Dengan kata lain, keterlibatan unsur penilaian dalam hal ini
masih bersifat umum sehingga setiap apresiator yang telah mampu meresponsi teks
sastra yang dibaca sampai pada tahapan pemahaman dan penghayatan, sekaligus
juga mampu melaksanakan penilaian.
Kegiatan Mengapresiasi Sastra
Apresiasi sastra sebenarnya
bukan merupakan konsep abstrak yang tidak pernah terwujud dalam tingkah laku,
melainkan merupakan pengertian yang di dalamnya menyiratkan adanya suatu
kegiatan yang harus terwujud secara konkret. Perilaku tersebut dalam hal ini
dapat dibedakan antara perilaku kegiatan secara langsung dan kegiatan perilaku
secara tidak langsung.
Apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan membaca atau menikmati cipta sastra berupa teks maupun
performansi secara langsung. Kegiatan membaca suatu teks sastra secara langsung
dapat terwujud dalam perilaku membaca, memahami, menikmati, serta mengevaluasi
teks sastra, baik yang berupa cerpen, novel, roman, naskah drama, maupun teks
sastra berupa puisi.
Kegiatan langsung yang terwujud
dalam kegiatan mengapresiasi sastra pada performansi, misalnya saat Anda
melihat, mengenal, memahami, menikmati, ataupun memberikan penilaian pada
kegiatan membaca puisi, cerpen, pementasan drama, baik di radio, televisi,
maupun pementasan di panggung terbuka. Kedua bentuk kegiatan itu dalam hal ini
perlu dilaksanakan secara sungguh-sungguh, berulang kali, sehingga dapat
melatih dan mengembangkan kepekaan pikiran dan perasaan dalam rangka
mengapresiasi suatu cipta sastra, baik yang dipaparkan lewat media tulisan,
lisan, maupun visual.
Kegiatan
apresiasi sastra secara tidak langsung dapat ditempuh dengan cara mempelajari teori sastra, membaca artikel
yang berhubungan dengan kesastraan, baik di majalah maupun koran, mempelajari
buku-buku maupun esai yang membahas dan memberikan penilaian terhadap suatu
karya sastra serta mempelajari sejarah sastra. Kegiatan itu disebut sebagai
kegiatan apresiasi secara tidak langsung karena kegiatan tersebut nilai
akhirnya bukan hanya mengembangkan pengetahuan seseorang tentang sastra,
melainkan juga akan meningkatkan kemampuan dalam rangka mengapresiasi suatu
cipta sastra.
Dengan demikian, kegiatan apresiasi
sastra secara tidak langsung itu pada gilirannya akan ikut berperan dalam
mengembangkan kemampuan apresiasi sastra jika bahan bacaan tentang sastra yang
telah ditelaahnya itu memiliki relevansi dengan kegiatan apresiasi sastra.
Misalnya membaca masalah minat baca sastra murid, kemampuan apresiasi sastra
masyarakat Indonesia atau mungkin artikel tentang pengajaran sastra di sekolah.
Meskipun pembahasan itu sangat penting untuk mengembangkan kemampuan dan
pengetahuan, pembahasan itu sedikit sekali peranannya atau bahkan tidak
berperan dalam mengembangkan kemampuan apresiasi. Dalam hal demikian, pembaca
tidak melaksanakan kegiatan apresiasi secara langsung maupun tidak langsung.
Kegiatan Dalam Mengapresiasi
Menurut pendapat E.E. Kellet pada
saat membaca karya sastra selalu berusaha menciptakan sikap serius, tetapi
dengan suasana batin riang. Penumbuhan sikap serius dalam membaca cipta sastra
itu terjadi karena sastra lahir dari daya kontemplasi batin pengarang sehingga
untuk memahaminya juga membutuhkan pemilikan daya kontemplatif pembacanya.
Sementara pada sisi lain, sastra merupakan bagian dari seni yang berusaha
menampilkan nilai-nilai keindahan yang bersifat aktual dan imajinatif sehingga
mampu memberikan hiburan dan kepuasan rohaniah pembacanya.
Sebab itu tidak berlebihan jika
Boulton mengungkapkan bahwa cipta sastra, selain menyajikan nilai-nilai
keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberikan kepuasan batin
pembacanya, juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan renungan atau kontemplasi
batin, baik berhubungan dengan masalah keagamaan, filsafat, politik, maupun
berbagai macamproblema yang berhubungan dengan kompleksitas hidup. Kandungan
makna yang begitu kompleks serta berbagai macam nilai keindahan tersebut dalam
hal ini akan mewujudkan atau tergambar lewat media kebahasaan, media tulisan,
dan struktur wacana.
Sastra, dengan demikian sebagai
salah satu cabang seni sebagai bacaan. Sastra tidak cukup dipahami lewat
analisis kebahasaannya, melalui studi yang disebut text grammar atau text linguistics, tetapi juga harus melalui
studi khusus yang berhubungan dengan literary
text karena teks sastra
bagaimanapun memiliki ciri-ciri khusus teks sastra itu salah satunya ditandai
oleh adanya unsur-unsur intrinsik karya sastra yang berbeda dengan unsur-unsur
yang membangun bahan bacaan lainnya.
Berdasarkan keseluruhan paparan
di atas dapat disimpulkan bahwa cipta sastra sebenarnya mengandung berbagai
macam unsur yang sangat kompleks, antara lain:
1.
unsur keindahan;
2.
unsur kontemplatif
yang berhubungan dengan nilai-nilai atau renungan tentang keagamaan, filsafat,
politik, serta berbagai macam kompleksitas permasalahan kehidupan;
3.
media pemaparan, baik
berupa media kebahasaan maupun struktur wacana;
4.
unsur-unsur intrinsik
yang berhubungan dengan ciri karakteristik cipta sastra itu sendiri sebagai
suatu teks.
Bekal yang harus dimiliki calon
apresiator
Sejalan dengan kandungan keempat
aspek di atas, mengimplikasikan bahwa untuk mengapresiasi cipta sastra, pembaca
pada dasarnya dipersaayaratkan memiliki bekal-bekal tertentu. Bekal awal yang
harus dimiliki seorang calon apresiator antara lain:
1. kepekaan emosi atau perasaan
sehingga pembaca mampu memahami dan menikmati unsur-unsur keindahan yang
terdapat dalam cipta sastra;
2. pemilikan pengetahuan dan
pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan ini secara intensif-kontemplatif
maupun dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah humanitas,
misalnya buku filsafat dan psikologi;
3. pemahaman terhadap aspek kebahasaan;
4. pemahaman terhadap unsur-unsur
intrinsik cipta sastra yang akan berhubungan dengan telaah teori sastra.
Kemampuan
untuk mengapresiasi cipta sastra seseorang harus secara terus menerus menggauli
karya sastra. Pemilikan bekal pengetahuan dan pengalaman dapat diibaratkan
sebagai pemilikanpisau bedah, sedangkan kegiatan menggauli cipta sastra
itu sebagai kegiatan pengasahan sehingga pisau itu menjadi tajam dan semakin
tajam, yakni jika pembaca itu semakin sering dan akrab dengan kegiatan membaca
sastra.
Sastra
Sastra (Sanskerta: shastra)
merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti
“teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata
dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang
berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang
memiliki arti atau keindahan tertentu.
Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi
sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi
lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah
sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti
sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra
tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak
berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang
dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
Pengertian Sastra
Menurut Para Ahli
Mursal Esten (1978 :
9)
Sastra atau
Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai
manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium
dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).
Semi (1988 : 8 )
Sastra. adalah
suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan
kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Eagleton (1988 : 4)
Sastra adalah
karya tulisan yang halus (belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk
bahasa. harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan,
dibelitkan, dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil.
Daftar
Pustaka
Sadili, Hasan. “Pengertian Sastra
Secara Umum dan Menurut Para Ahli”. 12 Maret 2016. https://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-dan-menurut-para-ahli/
Darma, Idi. “Apresiasi Sastra”.
12 Maret 2016.