Sabtu, 18 Februari 2017

Laporan analisis cerita rakyat dengan menggunakan kajian struktural A.J. Greimas (Skema Aktan dan Skema Fungsional)

Nama               : Indra Jalaludin
NPM               : 1510631080074
Kelas               : III B

Skema Aktan




1.      Subjek             : Bagenda Endit
2.      Objek              : Kekayaan
3.      Pengirim          : Keserakahan
4.      Penolong         : Hutang warga yang diberikan bunga tinggi dan tempo pembayaran
                       singkat
5.      Penentang       : Kakek Tua
6.      Penerima         : Bagenda Endit



Skema (bagan) Fungional


Situasi Awal

Transformasi

Situasi Akhir
Cobaan Saringan
Cobaan Utama
Cobaan Kegemilangan
(A)
(B)
(C)
(D)
(E)






(A) Bagenda Endit seorang janda kaya namun sangat pelit dan kikir yang ditinggal suaminya karena meninggal dan tidak mempunyai anak. Agar tetap kaya ia meneruskan pekerjaan suaminya menjadi rentenir. Ia memberikan pinjaman uang dengan tempo pembayaran yang singkat dan bunga yang tinggi. Bila warga telat membayarnya maka dia menyita tanah milik warga.
(B)  Seorang Ibu dengan bayinya yang kelaparan mendatangi rumah Bagenda ndit untuk meminta makanan karena anaknya belum makan berhari-hari namun bukannya makannan yang didapat mereka malah disiram oleh Bagenda Endit dan diusir jauh dari rumahnya.
(C) Warga berbondong-bondong datang ke rumah Bagenda Endit untuk meminta air sumurnya karena sumurnyalah satu-satunya yang airnya melimpah di daerah tersebut. Namun Bagenda Endit tidak mengizinkannya dan mengusir warga untuk mengambil air ke sungai saja.
(D) Seorang Kakek Tua yang sangat kehausan hanya minta minum kepada Bagenda Endit. Akan tetapi Bagenda Endit malah mengambil tongkat Kakek Tua tersebut dan memukulkannya kepada sang Kakek hingga terjatuh.
(E)  Sang Kakek yang terjatuh menancapkan tongkatnya ke depan rumah Bagenda Endit dan mengeluarkan air yang semakin membesar hingga pada akhirnya desa terebut terendam oleh air tersebut dan akhirnya menjadi situ.



Cerita Rakyat Situ Bagendit dari Banyuresmi Garut
Alkisah, di sebuah desa terpencil di daerah Jawa Barat, ada seorang janda muda yang kaya raya dan tidak mempunyai anak. Hartanya yang melimpah ruah dan rumah sangat besar yang ditempatinya merupakan warisan dari suaminya yang telah meninggal dunia. Namun sungguh disayangkan, janda itu sangat kikir, pelit, dan tamak. Ia tidak pernah mau memberikan bantuan kepada warga yang membutuhkan. Bahkan jika ada orang miskin yang datang ke rumahnya untuk meminta bantuan, ia tidak segan-segan mengusirnya. Karena sifatnya yang kikir dan pelit itu, maka masyarakat di sekitarnya memanggilnya Bagenda Endit, yang artinya orang kaya yang pelit.
Selain memiliki harta warisan yang melimpah, Bagende Endit juga mewarisi pekerjaan suaminya sebagai rentenir. Hampir seluruh tanah pertanian di desa itu adalah miliknya yang dibeli dari penduduk sekitar dengan cara memeras, yaitu meminjamkan uang kepada warga dengan bunga yang tinggi dan memberinya tempo pembayaran yang sangat singkat. Jika ada warga yang tidak sanggup membayar hutang hingga jatuh tempo, maka tanah pertaniannya harus menjadi taruhannya. Tak heran jika penduduk sekitarnya banyak yang jatuh miskin karena tanah pertanian mereka habis dibeli semua oleh janda itu.
Suatu hari, ketika Bagende Endit sedang asyik menghitung-hitung emas dan permatanya di depan rumahnya, tiba-tiba seorang perempuan tua yang sedang menggendong bayi datang menghampirinya.
“Bagende Endit, kasihanilah kami! Sudah dua hari anak saya tidak makan,” kata perempuan itu memelas.
“Hai perempuan tua yang tidak tahu diri! Makanya, jangan punya anak kalau kamu tidak mampu memberinya makan! Enyahlah kau dari hadapanku!” bentak Bagende Endit.
Bayi di gendongan perempuan itu pun menangis mendengar suara bentakan Bagende Endit. Karena kasihan melihat bayinya, pengemis tua itu kembali memohon kepada janda kaya itu agar memberikan sesuap nasi untuk anaknya. Tanpa sepatah kata, Bagende Endit masuk ke dalam rumah. Alangkah senangnya hati perempuan tua itu, karena mengira Bagende Endit akan mengambil makanan.
“Cup... cup... cup...! Diamlah anakku sayang. Sebentar lagi kita akan mendapatkan makanan,” bujuk perempuan itu sambil menghapus air mata bayinya.
Tak berapa lama kemudian, Bagende Endit pun keluar. Namun, bukannya membawa makanan, melainkan sebuah ember yang berisi air dan tiba-tiba Bagende Endit menyiramkannya ke arah perempuan tua itu.
“Byuuurrr...! Rasakanlah ini hai perempuan tua!” seru Bagende Endit.
Tak ayal lagi, sekujur tubuh perempuan tua dan bayinya menjadi basah kuyup. Sang bayi pun menangis dengan sejadi-jadinya. Dengan hati pilu, perempuan tua itu berusaha mendiamkan dan menyeka tubuh bayinya yang basah kuyup. Melihat perempuan tua belum juga pergi, janda kaya yang tidak berpesan itu semakin marah. Dengan wajah garang, ia segera mengusir perempuan tua itu keluar dari pekarangan rumahnya. Setelah perempuan tua itu pergi, Bagende Endit kembali masuk ke dalam rumahnya.
Keesokan harinya, beberapa warga datang ke rumah Bagende Endit meminta air sumur untuk keperluan memasak dan mandi. Kebetulan di desa itu hanya janda kaya itulah satu-satunya yang memiliki sumur dan airnya pun sangat melimpah. Sementara warga di sekitarnya harus mengambil air di sungai yang jaraknya cukup jauh dari desa.
“Bagende Endit, tolonglah kami! Biarkanlah kami mengambil air di sumur Bagende untuk kami pakai memasak. Kami sudah kelaparan,” iba seorang warga dari luar pagar rumah Bagende Endit.
“Hai, kalian semua! Aku tidak mengizinkan kalian mengambil air di sumurku! Jika kalian mau mengambil air, pergilah ke sungai sana!” usir Bagende Endit.
Para warga tersebut tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya, mereka pun terpaksa pergi ke sungai untuk mengambil air. Tak berapa lama setelah warga tersebut berlalu, tiba-tiba seorang kakek tua renta berdiri sambil memegang tongkatnya di depan rumah Bagenda Endit. Kakek itu juga bermaksud untuk meminta air tapi hanya untuk diminum.
“Ampun Bagende Endit! Berilah hamba seteguk air minum. Hamba sangat haus,” iba Kakek itu.
Bagende Endit yang sejak tadi sudah merasa kesal menjadi semakin kesal melihat kedatangan kakek tua itu. Tanpa sepata kata pun, ia keluar dari rumahnya lalu menghampiri dan merampas tongkat sang kakek. Dengan tongkat itu, ia kemudian memukuli kakek itu hingga babak belur dan jatuh tersungkur ke tanah. Melihat kakek itu tidak sudah tidak berdaya lagi, Bagende Endit membuang tongkat itu di samping kakek itu lalu bergegas masuk ke dalam rumahnya.
Sungguh malang nasib kakek tua itu. Bukannya air minum yang diperoleh dari janda itu melainkan penganiayaan. Sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, kakek itu berusaha meraih tongkatnya untuk bisa bangkit kembali. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, kakek itu menancapkan tongkatnya di halaman rumah Bagende Endit. Begitu ia mencabut tongkat itu, tiba-tiba air menyembur keluar dari bekas tancapan tongkat itu. Bersamaan dengan itu, kakek itu pun menghilang entah ke mana.
Semakin lama semburan air itu semakin besar dan deras. Para warga pun berlarian meninggalkan desa itu untuk menyelamatkan diri. Sementara itu, Bagende Endit masih berada di dalam rumahnya hendak menyelamatkan semua harta bendanya. Tanpa disadarinya, ternyata air telah menggenangi seluruh desa. Ia pun berusaha untuk menyelamatkan diri sambil berteriak meminta tolong.
“Tolooong.... Toloong... Tolong aku! Aku tidak bisa berenang!” teriak Bagende Endit meminta tolong sambil menggendong sebuah peti emas dan permatanya.
Bagende Endit terus berteriak hingga suaranya menjadi parau. Namun tak seorang pun yang datang menolongnya karena seluruh warga telah pergi meninggalkan desa. Janda kaya yang pelit itu tidak bisa lagi menyelamatkan diri dan tenggelam bersama seluruh harta kekayaannya. Semakin lama, desa itu terus tergenang air hingga akhirnya lenyap dan menjadilah sebuah danau yang luas dan dalam. Oleh masyarakat setempat, danau itu diberi nama Situ Bagendit. Kata situ berarti danau yang luas, sedangkan kata bagendit diambil dari nama Bagende Endit.



Jumat, 17 Februari 2017

Dramatisasi Puisi Tragedi Trisakti karya Jose Rizal Manua oleh Indra Jalaludin

LANGIT BEGITU MERAH TANDA WAKTU SUDAH BERANJAK SORE, RESTU DAN DOSMA MASIH MENUNGGU BUS YANG BIASA IA NAIKI DI HALTE YANG TIDAK JAUH DARI KAMPUSNYA UNIVERISTAS  TRISAKTI. RESTU MENCARI-CARI BUS DENGAN RESAHNYA. SEDANGKAN DOSMA SIBUK MENGELUS-ELUS TANGAN KANANNYA YANG DIBALUT PERBAN AKIBAT TERTEMBAK POLISI KETIKA MELAKUKAN DEMONSTRASI MINGGU LALU. DOSMA HERAN MELIHAT RESTU, LALU IA BERTANYA DENGAN LOGAT MEDANNYA YANG MASIH MELEKAT.
MUSIK BERBUNYI DENGAN VOLUME YANG SEMAKIN TINGGI DIIRINGI DENGAN NYALA LAMPU DEPAN DAN CENTRAL (1,2,3 & 9) KETIKA LAMPU SUDAH MENYALA TERANG MUSIK SEMAKIN HENING SAMPAI SENYAP.
PEMBUKAAN ADEGAN DIAWALI DENGAN AKTIFITAS SEHARI-SEHARI OLEH AKTOR FIGURAN
1.      DOSMA DAN RESTU DUDUK DI KURSI HALTE, DOSMA MENGELUS-ELUS TANGAN, SEDANGKAN RESTU RESAH MELIHAT JALANAN MENCARI BUS YANG TAK KUNJUNG LEWAT.
2.      DUA MAHASISWA MASUK KE PANGGUNG DAN SALAH SATUNYA YANG BERBADAN GEMUK MEMBUANG MINUMAN YANG SUDAH HABIS KEDALAM TONG SAMPAH DAN BERJALAN KELUAR DARI PANGGUNG
3.      PEDAGANG ASONGAN MASUK DAN MENAWAR-NAWARKAN MINUMAN YANG DIJUALNYA KEPADA PARA PENONTON TERMASUK AKTOR
4.      SAAT PEDAGANG MASUK PANGGUNG, SEORANG PEJABAT SEDANG  MENELPON SUPIRNYA YANG HENDAK MENJEMPUT NAMUN BELUM DATANG JUGA HINGGA AKHIRNYA MEMUTUSKAN UNTUK PULANG BERJALAN KAKI DENGAN ISTRINYA

RESTU BANGKIT DARI DUDUKNYA DAN SIBUK MENCARI BUS
DOSMA                     : APA YANG SEDANG KAU CARI RES? DUDUKLAH SINI
SAMAKU.
RESTU                       : AKU HERAN KENAPA BUS YANG BIASA KITA NAIKI MASIH
BELUM LEWAT JUGA.
DOSMA                     : HEUH, SUDAHLAH RESTU,  JANGAN KAU HIRAUKAN ITU.
SANTAI SAJA, MEMANGNYA ADA URUSAN  APA KAU DIRUMAH SAMPAI KAU TAK BISA TENANG SEPERTI ITU ?
RESTU                       : AKU HARUS MEMBANTU IBUKU DOSMA. MENGANGKAT DAN
MENJUAL SAMPAH YANG BIASA IA KUMPULKAN SEJAK PAGI BUTA. KALAU AKU TELAT IBUKU AKAN KESUSAHAN.
DOSMA                     : CKCKCK, MEMANG MENYEDIHKAN INDONESIA. WANITA TUA BERSAMA SEORANG GADIS SEPERTIMU HARUS BEKERJA EKSTRIM MENCARI UANG DEMI SESUAP NASI. SEHARUSNYA HIDUP KALIAN SUDAH TERJAMIN.
RESTU                       : MAKSUDMU APA DOSMA, APA HUBUNGANNYA PEKERJAAN IBUKU DENGAN INDONESIA ?
DOSMA                     : COBA KAU TENGOK NEGARA TETANGGA SINGAPURA. DI SINGAPURA, SETIAP WARGA NEGARANYA YANG PENGANGGURAN SAJA HIDUPNYA  TERJAMIN. INDONESIA?
RESTU                       : JELAS KAU SALAH DOSMA BILA KAU MEMABANDINGKAN INDONESIA DENGAN SINGAPURA. KAU LIHAT SAJA LUAS WILAYAHNYA. SINGAPURA LUASNYA HANYA SEPERTI KOTA BANDUNG KAMPUNG HALAMANKU. SEDANGKAN INDONESIA ? ANALOGINYA SEPERTI KAU MEMBERSIHKAN KELAS DENGAN MEMBERSIHKAN AULA. LEBIH MUDAH YANG MANA? MUNGKIN INDONESIA HARUS MENUNGGU BEBERAPA TAHUN LAGI UNTUK BISA SEPERTI ITU.
DOSMA                     : KAU KRITIS JUGA MENANGGAPI ARGUMENKU. TAPI KAU JUGA SALAH BILA KITA HANYA  MENUNGGU. KITA HARUS BERGERAK, KITA HARUS BERJUANG, SUARAKAN SUARA KITA. BILA KITA HANYA DIAM, KITA HANYA AKAN MENAMBAH BARISAN PERBUDAKAN.
RESTU                       : LANTAS, APA ITU ALASANMU  ? MELAKUKAN DEMONSTRASI BRUTAL MINGGU LALU BERSAMA KAWAN-KAWANMU ?
DOSMA                     : BRUTAL ? KAMI BUKAN BRUTAL RESTU, KAMI HANYA MEMPERJUANGKAN SUARA RAKYAT YANG TIDAK DIDENGAR OLEH KAUM ELIT DISANA. JIKA KITA HANYA DIAM SAJA. MEREKA AKAN TERTAWA KARENA DENGAN MUDAHNYA KITA DIPERALAT OLEH MEREKA.
RESTU                       : TAPI TENTU TIDAK HARUS DENGAN ANARKIS SEPERTI ITU KAWAN. LIHATLAH HASIL PERBUATAN BODOHMU ITU, TANGANMU TERTEMBAK PELURU APARAT BUKAN ?. MASIH UNTUNG HANYA TANGANMU YANG TERTEMBAK, BUKAN KEPALAMU.
DOSMA                     : HAH ? TERTEMBAK KAU UCAP ? TIDAK SENGAJA MAKSUDMU ? APA PISTOL YANG DIARAHKAN KEPADA KAMI ITU TIDAK SENGAJA ? MUDAH SAJA KAU BILANG SEPERTI ITU KARENA KAU LEBIH SUKA MENJADI SAPI PERAH PEMERINTAH DAN HANYA DIAM DIKANDANG TANPA BERSUARA.
RESTU                       : LANTAS APA YANG KAU DAPAT DARI SUARA YANG KAU PERJUANGKAN ? YANG KULIHAT HANYALAH TEMAN-TEMAN KITA DAN DIRIMU YANG TERLUKA.
DOSMA                     : YA, AKU DAN TEMAN-TEMANKU TERLUKA. LUKA YANG YANG DISEBABKAN OLEH APARAT KEPARAT. KAMI HANYA BERSUARA, APAKAH HARUS PELURU DAN GAS AIR MATA YANG MENJAWAB ?
RESTU                       : KAU JANGAN MARAH DOSMA, AKU HANYA KHAWATIR KEPADAMU. AKU TAK SAMPAI HATI MELIHAT TEMAN BAIKU TERLUKA AKIBAT MELAKUKAN DEMONSTRASI. LIHATLAH DIRIMU SEKARANG.
PERCAKAPAN DOSMA DAN RESTU TERHENTI KARENA ADA PENGEMIS YANG MENGHAMPIRI MEREKA BERDUA DENGAN BEGITU LEMAS DAN KUMALNYA.
PENGEMIS                : SEDEKAHNYA DE, KASIHANI SAYA. SAYA BELUM MAKAN SEJAK KEMARIN.
DOSMA MEMBERIKAN UANG RECEHAN DALAM SAKUNYA SEDANGKAN RESTU MENGAMBIL BEKAL DALAM TAS MILIKNYA DAN MEMBERIKANNYA KEPADA PENGEMIS TERSEBUT. PENGEMIS TERSEBUT DUDUK DAN MAKAN BEKAL TERSEBUT DI SUDUT JALAN DENGAN LAHAPNYA.
DOSMA                     : KAU LIHAT ? INILAH NASIB RAKYAT DAN NEGARA KITA. BANYAK ORANG YANG SEHAT TAPI PURA-PURA CACAT DAN MENJADI PENGEMIS. KARENA APA ? KARENA KELAKUAN BIADAB PEMERINTAH  YANG MEMAKAN UANG RAKYAT. APABILA KITA HANYA DIAM, MAKA INDONESIA AKAN SEMAKIN TERPURUK.
RESTU                       : LANTAS APA KAU AKAN TERUS MENGGONGGONG SAMPAI KEPALAMU TERTEMBAK PELURU SEPERTI MAHASISWA UNIVERSITAS TRISAKTI DULU  YANG MELAKUKAN DEMO ANARKIS ? KAU INGIN MENIRU KELAKUAN BODOH MEREKA ?
RESTU HENDAK MENINGGALKAN DOSMA SENDIRI KARENA JENGKEL, NAMUN NIATNYA TIDAK JADI KARENA KAGET DENGAN BENTAKAN PRIA SETENGAH GILA YANG DITUJUKAN KEPADANYA YANG TIBA-TIBA MUNCUL.
ORANG GILA          : HEY ANAK MUDA ! (LAMPU 4 & 8 MENYALA BERSAMAAN DENGAN MUSIK “NADA TERKEJUT”) APA MAKSUDMU MENGATAKAN “KELAKUAN BODOH MEREKA”. APA MAKSUDMU PERJUANGAN YANG MENJATUHKAN KORBAN ITU PERBUATAN BODOH ?
ORANG TERSEBUT MENGHAMPIRI MEREKA BERDUA DAN MENGAMATI SETIAP INCHI PENAMPILAN DOSMA DAN RESTU DENGAN SEDIKIT SINIS.
ORANG GILA          : KAU MAHASISWA JUGA BUKAN ? COBA KAU BACA KEMBALI BUKU SEJARAH NAK. JIKA BUKAN KARENA AKSI YANG DILAKUKAN MAHASISWA TRISAKTI DAN MAHASIWA LAINNYA DI INDONESIA. MUNGKIN SAAT INI SOEHARTO DAN KELUARGA MASIH BERTENGGER DENGAN ENAKNYA DISANA MENIKMATI KEDUDUKAN. DAN YANG NAMANYA REFORMASI TIDAK AKAN ADA. YANG ADA HANYALAH OTORITAS MEREKA MENGGEMBALA NEGERI INI.
RESTU                       : SIAPA KAU INI PAK TUA ? DAN TAHU APA KAU TENTANG MASA REFORMASI ?
ORANG GILA          : NAMAKU SOBIRIN, DAN AKU ADALAH MANTAN MAHASISWA LOH ? TAPI SEBUT SAJA AKU “ORANG GILA”. ORANG GILA YANG TAHU KELICIKAN MASA SEBELUM REFORMASI DIBANDING KAU YANG KATANYA MAHASISWA KEKINIAN ? NAMUN TIDAK WARAS, KAU BUTA AKAN POLITIK SAAT ITU. (TERTAWA ANEH)
RESTU                       : KELICIKAN ? LICIK APA MAKSUDMU ? JIKA KAU MEMANG TAHU MASA PRA-REFORMASI. SEHARUSNYA KAU JUGA TAHU BAHWA PADA SAAT ITU PENGHASILAN NEGARA MENINGKAT  BEGITUPUN DENGAN KEAMANAN NEGARANYA.
ORANG GILA          : YA ! AKU TAHU. PENGHASILAN NEGARA MENINGKAT. OLEH KARENANYA KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME SEMARAK SAAT ITU. DAN YA, KEAMANAN NEGARA JUGA MENINGKAT, TAPI RAKYAT SEPERTI DIPENJARA DI RUMAH SENDIRI, MULUT KAMI DIKUNCI, DAN JIKA KAMI BERTINDAK SEKONG DARI ATURAN MEREKA ? CIAK DUAR DUAR DUAR MEREKA MENEMBAKI KAMI. PELURU MEREKA BEGITU RINGAN DITEMBAKAN TANPA RASA IBA, BEGITU PULA SAAT PERJUANGAN REFORMASI DULU.
RESTU                       : ITU BUKAN SALAH APARAT, ITU SALAH KALIAN SAJA YANG TIDAK TAAT DENGAN ATURAN NEGERI.  DAN LAGI, MEREKA HANYA MENJALANKAN TUGAS MEREKA UNTUK MENGAMANKAN NEGERI.
ORANG GILA          : AKU TAHU ITU, TAPI APA HARUS DENGAN MENGERAHKAN BERBAGAI BATALYON DAN BRIGADE MOBIL POLRI ? MENGERAHKAN POLISI BERSERAGAM LENGKAP DENGAN TAMENG DAN PELURU TAJAM SERTA GAS AIR MATA UNTUK DITEMBAKAN KEPADA KAMI ? APA HARUS BEGITU SKENARIONYA ?
DOSMA                     : PAK TUA INI TIDAK SALAH RESTU, AKU SEPAHAM DENGANNYA. KENAPA KAU SANGAT PRO PADA MEREKA ? MEMANGNYA KAU ANGGOTA KELUARGA SOEHARTO YANG TIDAK JADI MENTERI KARENA TERLANJUR REFORMASI ?
RESTU                       : AHH SUDAHLAH, MUSTAHIL RASANYA KALAU HARUS MENYADARKANMU DOSMA. JIKA KAU TERUS DENGAN DIRIMU YANG SEKARANG, BUKAN TIDAK MUNGKIN KAU JUGA AKAN MENJADI GILA SEPERTINYA ! (LAMPU 4 & 8 MEREDUP HINGGA 10% SEDANGKAN LAMPU 1, 2, 3, DAN 9 MEREDUP HINGGA 80%)
RESTU LANTAS PERGI MENINGGALKAN DOSMA DENGAN SOBIRIN KARENA KESAL DAN JENGKEL MENGHADAPI DUA WATAK DENGAN TIPE YANG SAMA
DOSMA                     : MAAFKAN TEMANKU PAK TUA, DIA TIDAK BERMAKSUD MENYEPELEKAN PERJUANGAN REFORMASI. DIA HANYA TIDAK SUKA AKSI DEMONSTRASI KARENA TAKUT ANARKISME.
ORANG GILA          : YA TAK APA, MEMANG TIDAK SEMUA MANUSIA SEPAHAM DENGAN PEMIKIRAN KITA ANAK MUDA.
DOSMA                     : NGOMONG-NGOMONG PAK TUA, JIKA AKU TIDAK SALAH DARI SEMUA UCAPANMU TADI. NAMPAKNYA KAU IKUT BERAKSI JUGA DALAM JUANG REFORMASI, BEGITUKAH ?
ORANG GILA          : (TERTAWA ANEH) KAU BENAR SEKALI ANAK MUDA, TENTU SAJA AKU IKUT DALAM SEJARAH NEGERI ITU.
DOSMA                     : KALAU BEGITU, SUDIKAH KAU UNTUK MENCERITAKANYA LANGSUNG PADAKU ? AKU PENASARAN UNTUK MENDENGARKAN LANGSUNG DARI ORANG YANG TERLIBAT SAAT ITU.
ORANG GILA          : HMMM, BAIKLAH. SEBENTAR AKU MAU KENCING DAHULU.
TANPA RASA MALU SOBIRIN BUANG AIR KECIL DI JALANAN SAMBIL BERJALAN DAN MEMBUAT DOSMA RISIH AKAN TINGKAHNYA. NAMUN DOSMA TETAP BERTAHAN KARENA INGIN MENDENGAR CERITA PERJUANGAN REFORMASI LANGSUNG DARI ORANG YANG PERNAH TERLIBAT DIDALAMNYA
ORANG GILA          : BAIKLAH KITA MULAI DARI MANA CERITANYA ?
DOSMA                     : MANA SAJA YANG KAU SUKA, AKU AKAN MENYIMAKNYA.
ORANG GILA          : TAHUN DEMI TAHUN BERLALU… TAHUN TAHUN YANG LALU… KEPILUAN HATI PERNAH MENYERGAP KAMPUS INI DAN MAHASIWA LAINNYA DI INDONESIA. PELURU-PERLURU TAJAM, CECERAN DARAH DAN SEGEROBAK KEKERASAN PERNAH BERSERAKAN DI HALAMAN. MAHASISWA DITEMBAKINYA LAKSANA SEDANG PERANG, PELURU TERARAH DENGAN LURUS KEPADA KAMI. GAS AIR MATA MENGHUJANI DENGAN AKSI KEJAR-KEJARAN DAN PERMAINAN PETAK UMPET. KAMI YANG TERTANGKAP DIHAJARNYA SEPERTI DIDAPATI MENCURI SEEKOR AYAM. KETIKA BADAN TAK LAGI KUASA, DIBIARKANNYA KAMI TERBARING LEMAS DI JALANAN. MAHASISWI-MAHASISWI DILECEHKANNYA DENGAN LELUASA.
DOSMA                     : APA KALIAN TIDAK MELAKUKAN PERLAWANAN ?
ORANG GILA          : KAMI MELAKUKAN PERLAWANAN !. KAMIMELEMPARI KERIKIL DIJALANAN YANG KAMI TEMUKAN. SEDANGKAN MEREKA? MEREKA BERAKSESORIS LENGKAP DENGAN SENJATA DAN TAMENG KOKOH. TAK ADA LAWAN, TAPI SENJATA DIARAHKAN, TAK ADA PERANG TAPI TANK BERSELIWERAN. SUNGGUH TINDAKAN KEMAHATOLOLAN PERLAWANAN YANG MEREKA LAKUKAN MENGHADAPI KEARIFAN MAHASISWA.
DOSMA                     : AKU DENGAR ADA KORBAN BERJATUHAN, BENARKAH ITU PAK TUA ?
ORANG GILA          : YA, APARAT MENGGUNAKAN PELURU TAJAM UNTUK MENEMBAKI KAMI, MEREKA MEMBANTAH NAMUN HASIL OTOPSI JELAS-JELAS ITU MENUNJUKAN PELURU TAJAM. ALIH-ALIHNYA BAHWA ITU PELURU MANTUL DARI TEMBAKAN PERINGATAN. APA MEREKA PIKIR PELURU ITU BOLA KASTI YANG BISA DI PANTUL-PANTULKAN ? EMPAT KAWANKU TEWAS DAN BANYAK SEKALI YANG TERLUKA BAHKAN SEKARAT. AWAN GEMAWAN MENAHAN ISAKNYA, ANGIN TENGGARA MENIUP TEROMPET BELA SUNGKAWANYA KE PENJURU DUNIA, SEAKAN RUNTUH PERADABAN BANGSA INI AKIBAT SAMPAH KEKUASAAN YANG MELECEHKAN NILAI MORAL. APA ITU SEPADAN ? KAMI BERKABUNG AKAN KEMATIAN SODARA KAMI, SEDANGKAN MEREKA MENYANYIKAN YEL-YEL KEMENANGAN SAAT MALAM BERKUASA. BIADAB !
DOSMA                     : KETERLALUAN MEMANG. AKU TAHU PERASAANMU PAK TUA, KARENA SAAT INI AKU JUGA BERDUKA ATAS KEMATIAN TEMAN-TEMANKU.
ORANG GILA          : (KAGET) APAKAH KAWANMU TEWAS JUGA KARENA DITEMBAKI APARAT TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ?
DOSMA                     : BUKAN. KAWANKU RAGANYA MASIH HIDUP, NAMUN PEMIKIRAN-PEMIKIRANNYA MATI MENANGGAPI KEADAAN NEGERI DAN HANYA DIAM. MEREKA LEBIH LAYAK DISEBUT MAYAT HIDUP. (MELAMUN SEJENAK)
                                    TERIMAKASIH UNTUK CERITAMU PAK TUA. AKU HARUS BERGEGAS PULANG SEBELUM WAKTU BERGANTI MALAM.
ORANG GILA          : JADILAH MANUSIA ANAK MUDA… (AMANATNYA KEPADA DOSMA YANG SERAYA BERJALAN PERGI)
ORANG GILA BERMONOLOG DAN BERBICARA DENGAN BONEKA BARBIE SEKALIGUS MENYAMPAIKAN AMANAT. (SEMUA LAMPU MATI KECUALI LAMPU 9 ATAU SENTRAL)
ORANG GILA          : HEY KALIAN ANAK-ANAK MUDA PENERUS BANGSA, HEUH
SEMOGA SAJA. DUNIA INI HANYA PANGGUNG SANDIWARA, BERSIKAPLAH KRITIS MENANGGAPI PEMENTASANNYA. BANYAK SEKALI TOKOH DIDALAMNYA, DAN TOKOH UTAMANYA ADALAH PEMERINTAH. JIKA KALIAN HANYA SEBATAS MENONTON TANPA MEMBERIKAN RESPON KRITIS. MUNGKIN KALIAN LEBIH COCOK DIPANGGIL BONEKA YANG HANYA DIKENDALIKAN SEPERTI BONEKAKU INI (MEMAINKAN BONEKA DENGAN TINGKAH GILANYA) ATAU KALAU TIDAK, MUNGKIN KALIAN COCOK PULA DISEBUT ORANG GILA (TERTAWA) TAPI BERSIKAPLAH KRITIS DENGAN RESPON YANG SESUAI PULA, JANGAN ANARKIS. DAN KALIAN PARA APARAT, HADAPI MEREKA YANG KRITIS DENGAN WIBAWA, BUKAN SENJATA ! SUPAYA TIDAK TERULANGI LAGI YANG NAMANYA “TRAGEDI TRISAKTI” (LANGSUNG MENANGIS LIRIH)
LAMPU SEMAKIN MEREDUP PERLAHAN DENGAN NYANYIAN JANGANLAH MENANGIS INDONESIA JANGANLAH BERSEDIH INDONESIA YANG SEMAKIN SENYAP PULA SUARANYA HINGGA MUSIK DAN LAMPU BERSAMAAN MATI.

CATATAN:

JANGAN NYALAKAN LAMPU SAMPAI SEMUA AKTOR DAN TIM PRODUKSI NAIK KE PANGGUNG. SETELAH SEMUA NAIK NYALAKAN SEMUA LAMPU DAN BERIKAN SENYUMAN TERBAIK SERTA KODE ETIK SALAM PANGGUNG.

Analisis Semiotika Puisi “Sajak Putih” Karya Chairil Anwar

Oleh Indra Jalaludin

Sajak Putih

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah....


1.1 Kajian Semiotika "Sajak Putih"
1.1.1 Analisis Aspek Sintaksis

Jika dilihat dari tipografinya puisi "Sajak Putih" terdiri atas tiga bait dengan jumlah larik di setiap baitnya berjumlah empat. Huruf awal di setiap lariknya menggunakan huruf kapital, kecuali larik terakhir pada bait ketiga. Bukan hanya hurup awal saja tetapi ada juga yang ditengah larik menggunaka hurup kapital yaitu pada kata “Mati”. Selain itu ditemukan dua tanda baca jeda yang letaknya berada di bait kedua dan terakhir. Namun begitu analisis puisi ini didasarkan pada keutuhan makna, ditemukanlah bahwa puisi ini terdiri atas enam kalimat yang seluruhnya merupakan kalimat tunggal.
            Bersandar pada tari warna pelangi kau depanku bertudung sutra senja adalah kalimat pertama yang memiliki konstruksi sebagai berikut, predikat --bersandarketerangan satu --pada tari warna pelangisubjek kau-- keterangan dua --kau depanku bertudung sutra senja--. Kalimat ini diawali dengan keterangan kata kerja yang dilakukan aku lirik pada keterangan satu. Kata kau merupakan subjek yang menjadi perhatian aku lirik yang sedang berada di depannya dengan bertudung sutra senja yang membuatnya nampak indah dipandang. 
            Di hitam matamu kembang mawar dan melati harum rambutmu mengalun bergelut senda adalah kalimat kedua yang memiliki konstruksi sebagai berikut. Subjek --di hitam matamuobjek --kembang mawar dan melatiketerangan --harum rambutmupredikat mengalun-- keterangan bergelut senda--. Kalimat ini diawali dengan penjelasan subjek yang menjadi perhatian aku lirik. Klausa kembang mawar dan melati merupakan objek yang menjadi perumpaan yang diungkapkan aku lirik kepada subjek bahwa subjek memiliki rambut yang harum bak kembang mawar dan melati yag mengalun indah brgelut senda yang membuatnya nampak begitu cantik.
            Sepi menyanyi malam dalam mendoa tiba meriak muka air kolam jiwa adalah kalimat ketiga yang memiliki kontruksi sebagai berikut. Keterangan sepi- predikat menyanyi malam dalam mendoa tibaketerangan --meriak muka air kolam jiwa--. Kata sepi merupakan gambaran situasi atau keadaan yang dialami aku lirik saat itu. Klausa menyanyi malam dalam mendoa tiba merupakan keterangan yang menyatakan perbuata atau tindakan aku lirik yang sedang berdoa pada malam hari. Klausa meriak muka air kolam jiwa merupakan keterangan aku lirik yang dalam melantunkan doanya penuh kekhusukan.

Dan dalam dadaku memerdu lagu menarik menari seluruh aku  adalah kalimat keempat yang memiliki kontruksi sebagai berikut. Keterangan --dan dalam dadaku-- predikat satu --memerdu lagu-- predikat dua --menarik menari seluruh aku--. Klausa dan dalam dadaku  merupakan keterangan tentang apa yang dirasakan oleh aku lirik tentang apa yang ada dalam isi hatinya. Klausa memerdu lagu merupakan tindakan atau perbuatan yang dilakukan aku lirik yang dilakukannya dalam hati saat ia sedang berdoa dalam malam. Klausa menarik menari seluruh aku  pun merupakan keterangan yang menyatakan perbuatan atau tindakan si aku lirik yang membuatnya terbawa larut dalam lantunan doa yang ia panjatkan.

Hidup dari hidupku, pintu terbuka selama matamu bagiku menengadah adalah kalimat kelima  yang memiliki kontruksi sebagai berikut. Subjek --hidup dari hidupku-- keterangan pintu terbukapredikat --selama matamu bagiku menengadah--. Klausa hidup dari hidupku merupakan kisah kehidupan dari hidup aku lirik yang ia jalani. Kata pintu  terbuka merupakan penggambaran perasaan aku lirik yang pintu hatinya sudah terbuka. Klausa selama matamu bagiku menengadah sendiri merupakan syarat bagi aku lirik untuk membuat pintu hatinya terbuka selama subjek yang menjadi perhatiannya meliriknya atau memperhatikannya pula.

Selama kau darah mengalir dari luka antara kita Mati datang tidak membelah... adalah kalimat keenam  yang memiliki kontruksi sebagai berikut. Keterangan --selama kau darahpredikat mengalir-- keterangan --dari luka-- subjek -- antara kitaketerangan --Mati datang tidak membelah...--. Klausa selama kau darah merupakan keterangan berupa harapan dari aku lirik kepada subjek yang menjadi perhatian tokoh aku lirik. Kata mengalir merupakan keterangan berupa kejadian yang menggambarkan pemikiran aku lirik terhadap subjek yang menjadi perhatiannya dari luka kedua tokoh tersebut antara aku lirik dan subjeknya. Klausa Mati datang tidak membelah... merupakan keterangan berupa penegasan atau keyakinan dari aku lirik yang walau pun kematian datang menghampiri mereka hal tersebut tidak akan menghilangkan perasaanya. Penulisan hurup kapital pada kata “Mati” sendiri tentu memiliki makna tersendiri, hal tersebut berarti bahwa kematian merupakan hal yang besar menurut aku lirik namun tidak akan menggoyahlkan perasaannya kepada wanita yang ia sukai tersebut sekalipun mereka dipisahkan oleh kematian yang datang menghampiri mereka berdua.


1.1.2 Analisis Aspek Semantik
1.1.2.1 Denotasi dan Konotasi
            Puisi yang ditulis oleh Charil Anwar yang berjudul “Sajak Putih” ini merupakan puisi yang menggambarkan perasaan aku lirik yang dituangkannya dalam puisi kepada wanita yang ia sukai. Secara etimologi, sajak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan gubahan sastra yang berbentuk puisi yang artinya sarat akan keindahan kata-kata dan penuh akan makna. Dan putih itu sendiri secara filosfi bisa diartikan sebagai ketulusan atau kesucian. Jadi aku lirik menuangkan perasaan cintanya kepada wanita yang ia sukai dalam puisi dengan kata-kata yang indah dan bermakna dengan kesucian cinta yang ia miliki.
          Bersandar pada tari warna pelangi kau depanku bertudung sutra senja merupakan kalimat yang memiliki makna konotasi. Aku lirik menggambarkan peristiwa kepada pembaca tentang apa yang ia rasakan ketika melihat wanita yang berada didepannya bak bertudung sutra senja yang merupakan gambaran situasi saat itu. Saat melihat wanita tersebut hidupnya menjadi lebih berwarna dan lebih indah sehingga ia seperti bersandar pada tari warna pelangi yang memiliki keragaman makna.
            Di hitam matamu kembang mawar dan melati harum rambutmu mengalun bergelut senda merupakan kalimat yang memiliki makna denotasi. Dihitam matamu merupakan pendeskripsian wanita yang disukai aku lirik yang memiliki mata hitam yang indah. Disamping itu pendeskripsian wanita yang menjadi perhatian aku lirik juga terdapat pada klausa kembang mawar dan melati harum rambutmu mengalun bergelut senda yang memiliki bau rambut yang begitu harum bak bungan mawar dan melati serta terurai tertiup angin yang membuatnya mengalun begitu indah.
            Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba meriak muka air kolam jiwa merupakan kalimat kedua yang memiliki makna denotasi. Hal yang dirasakan oleh aku lirik yang berteman sepi dan seolah suasana sepi tersebut seperti bernyanyi menemaninya saat malam hari ketika ia sedang berdoa. Pemilihan kata “meriak” tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, namun ini dapat didefinisikan sebagai kata menyeruak yang dalam artian membuat isi perasaannya tumpah hingga meneteskan air mata. Makna konotasi dalam kalimat ini mengacu pada frasa “kolam jiwa” seuatu yang dapat diartikan sebagai hati yang paling dalam atau hati kecil aku lirik. Kemudian kata “Sepi” yang dapat diartikan sebagai malam yang identik dengan kesunyian sehingga merasa sepi.
            Dan dalam dadaku memerdu lagu menarik menari seluruh aku merupakan kalimat ketiga yang memiliki makna denotasi. Aku lirik yang dalam sepi saat malam dia diam namun yang ada dilama dadanya atau hatinya memerdukan nyanyian untuk sang wanita yang ia sayangi. Hal tersebut membuatnya seperti tertarik dan membuatnya semakin bergembira. Makna konotasi dalam kalimat ini mengacu pada kata “menari” yang dalam arti bukan menari sebagaimana mestinya, tapi merupakan ungkapan perasaannya yang membuncah.
            Hidup dari hidupku, pintu terbuka selama matamu bagiku menengadah merupakan kalimat  selanjutnya yang memiliki makna denotasi. Merupakan perasaan aku lirik kepada wanita yang ia sukai bahwasanya pintu hatinya selalu terbuka selama hidup dalam hidupnya selama wanita yang ia sukai juga memperhatikannya. Makna konotasi dalam kalimat ini mengacu pada kata “pintu’ yang bukan berarti pintu akses keluar-masuk ruangan, melainkan pintu hati dari aku lirik yang terbuka untuk wanita yang ia saukai tersebut.
            Selama kau darah mengalir dari luka antara kita Mati datang tidak membelah... merupakan kalimat  kedua yang memiliki makna konotasi. Yang menerangkan perasaan aku lirik kepada wanita yang ia sukai bahwa meskipun ia akan terluka akan wanita yang ia sukai hal  tersebut tidak akan merubah apa pun karena wanita tersebut menjadi denyut nadinya. Oleh karena itulah meskipun kematian datang menghampiri perasaan aku lirik akan tetap teguh.

1.1.2.2 Majas
            Dalam Puisi "Sajak Putih" tidak semua kalimat mengandung majas (gaya bahasa). Hanya ada empat kalimat yang penulis temukan menggunakan gaya bahasa perbandingan yaitu kalimat pertama, kedua, ketiga dan keenam.
            Bersandar pada tari warna pelangi kau depanku bertudung sutra senja merupakan kalimat pertama yang memiliki gaya bahasa metafora. “Bersandar pada tari warna pelangi” yang berarti tokoh aku lirik yang seolah bersadar pada sesuatu namun sebenarnya tidak. Sedangkan klausa “bertudung sutra senja” berarti keindahan yang terpapar dari wanita yang dilihat aku lirik.
            Di hitam matamu kembang mawar dan melati harum rambutmu mengalun bergelut senda merupakan kalimat kedua yang memiliki gaya bahasa  asosiasi. “kembang mawar dan melati harum rambutmu” yang berarti bahwa bau dari rambut wanita yang ia sukai itu seperti bunga bunga mawar dan melati.
            Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba meriak muka air kolam jiwa merupakan kalimat ketiga yang memiliki majas atau gaya bahasa personifikasi. Menyanyi merupakan kegiatan yang biasanya dilakukan manusia yang berarti melantunkan suara dengan nada yang khas. Dalam hal ini sepi diumpamakan dapat bernyanyi seperti yang dilakukan manusia.
Selama kau darah mengalir dari luka antara kita Mati datang tidak membelah... merupakan kalimat keenam yang memiliki makna personifikasi. Darah mengalir merupakan peristiwa yang dapat dilakukan mahluk hidup yang dipompa oleh jantung. Dalam hal ini darah mengalir dari luk menunjuk pada hal yang dirasakan atau dialami aku lirik.

1.1.2.3 Isotopi
Pada puisi "Sajak Putih" terdapat .... penggunaan isotopi. Makna-makna yang terdapat dalam isotopi-isotopi mengacu pada pemaknaan redudansi. Isotopi yang hadir adalah isotopi
1.      Isotopi Alam
Kata/frase yang memiliki isotopi
Denotasi/
konotasi
Komponen Makna Bersama
Angkasa
Bumi
Kehidupan
Air
tari
d



pelangi
d



senja
d



mawar
d


melati
d


kolam
d/k



menari
d/k



hidupku
d



mengalir
d/k




Terdapat enam kata/frase yang mengacu pada isotopi alam. Kata/frase tersebut menunjukkan komponen bersama yang termasuk dalam angkasa, bumi, kehidupan, dan air. Kata yang paling dominan muncul pada komponen kehidupan.

2.      Isotopi Gerakan
Kata/frase yang memiliki isotopi
Denotasi/
konotasi
Komponen Makna Bersama
Gerak badan
Gerak pindah tempat
bersandar
d/k

bertudung
d/k

mengalun
d

bergelut
d

menyanyi
d/k

mendoa
d

menarik
d
menari
d/k
terbuka
d

menengadah
d

mengalir
d/k

membelah
d/k


          Terdapat duabelas kata yang termasuk dalam isotopi gerak. Kata tersebut menunjukkan komponen bersama yang termasuk pada gerak badan dan gerak pindah tempat. Masing-masing kata memilki makna denotasi atau konotasi dan dari kemunculannya ditemukan kata yang muncul secara dominan yaitu pada komponen gerak badan.

3.      Isotopi Ruang
Kata/frase yang memiliki isotopi
Denotasi/
konotasi
Komponen Makna Bersama
Terbuka
Tertutup
depanku
d

malam
d

kolam
d/k

antara kita
d


Terdapat empat kata/frase yang termasuk isotopi ruang. Semua isotopi yang muncul merupakan isotopi komponen ruang terbuka. Ini menunjukkan aku lirik melakukan kegiatan yang terkesan bebas. Makna perjalanan dapat dilihat dari kata/frase yang muncul dari dominasi ruang tertutup.

4.      Isotopi Waktu
Kata/frase yang memiliki isotopi
Denotasi/
konotasi
Komponen Makna Bersama
Insidental
Berkala 
senja
d/k

sepi
d

malam
d


Terdapat tiga kata/frase yang mewakili isotopi waktu dan bermakna denotasi. Kemunculan isotopi ini didominasi oleh komponen yang menunjukkan waktu secara berkala atau dapat diprediksi kehadirannya.
5.      Isotopi Manusia
Kata/frase yang memiliki isotopi
Denotasi/
konotasi
Komponen Makna Bersama
Insan
Berakal Budi
Aktifitas
bersandar
d/k

bertudung
d/k

rambutmu
d


menyanyi
d

mendoa
d
memerdu
d

menari
d/k


Terdapat tujuh kata/frase yang memiliki makna denotasi dan konotasi. Dominasi insanan menandakan adanya hal atau sesuatu yang bersifat abstrak. Hal yang perlu dicari jawabannya dan yang merupakan hal yang dikehendaki aku lirik.
6.      Isotopi Resepsi Dengar
Kata/frase yang memiliki isotopi
Denotasi/
konotasi
Komponen Makna Bersama
Sasaran
Proses
Cara 
menyanyi
d/k

mendoa
d

memerdu
d/k

lagu
d



Terdapat empat kata/frase yang makna denotasi dan konotasinya seimbang. Kata-kata yang bermunculan terbagi menjadi tiga komponen bersama yaitu suara, proses, dan cara. Ketiga komponen yang hadir dimaksudkan adalah sesuatu yang abstrak dan perlu dicari jawabannya.
7.      Isotopi Resepsi Pandang
Kata/frase yang memiliki isotopi
Denotasi/
konotasi
Komponen Makna Bersama
Cahaya
Perbuatan
Tertangkap mata
warna pelangi
d/k

kau depanku
d


senja
d

hitam matamu
d


malam
d

pintu terbuka
d/k

menari
d/k


Terdapat tujuh kata/frase yang muncul dalam isotopi resepsi pandang. Ini berhubungan dengan indera penglihatan karena dominasi yang muncul dalam komponen makna bersama dapat ditangkap oleh mata. Makna yang dihimpun dalam isotopi ini menghadirkan makna yang sesungguhnya.

8.      Isotopi Resepsi Penciuman
Kata/frase yang memiliki isotopi
Denotasi/
konotasi
Komponen Makna Bersama
Harum 
Bau   
Harum rambutmu
d


Terdapat satu kata/frase yang muncul dalam isotopi resepsi penciuma. Ini berhubungan dengan indera penciuman karena dominasi yang muncul dalam komponen makna bersama harum.

1.1.3 Analisis Aspek Pragmatik
Dalam puisi "Sajak Putih" aku lirik selalu hadir bersamaan dengan persona jamak inklusif yaitu "kita". Kita dalam puisi ini adalah seorang wanita yang membuat aku lirik tertarik pada wanita tersebut. Aku lirik mencurahkan segala perasaan yang dia rasakan dan dia alami tentang wanita yang disukainya kepada pembaca.
Pada kalimat pertama bersandar pada tari warna pelangi kau depanku bertudung sutra senja secara implisit menceritakan perasaan aku lirik dengan keindahan atau kecantikan wanita yang disukainya yang berada di depannya. Ia terkagum dengan paras yang dimiliki wanita tersebut.
Pada kalimat kedua di hitam matamu kembang mawar dan melati harum rambutmu mengalun bergelut senda aku lirik melibatkan wanita atau subjek yang ia sukai yang membuat senang perasaannya.
Pada kalimat ketiga sepi menyanyi malam dalam mendoa tiba meriak muka air kolam jiwa aku lirik tidak melibatkan orang lain atau pun wanita yang menjadi subjek perhatiannya. Ia hanya mendeskripsikan keadaan yang sedang ia alami saat itu. selanjutnya pada kalimat keempat sampai dengan keenam aku lirik melibatkan tokoh yang menjadi subjek perhatiannya kembali dalam larik dan/atau bait dalam puisi yang ia tuangkan.

3.1.4 Intertekstual
            Puisi “Sajak Putih” berintekstual dengan sebuah lagu berjudul “Cinta Sejati” karya Melly Goeslaw yang dinyanyikan oleh Bunga Citra Lestari. The Best of BCL merupakan album musik ketiga karya Bunga Citra Lestari. Dirilis pada tahun 2013. Lagu utamanya ialah "Cinta Sejati" (Ost.Habibie & Ainun), lagu ini membawa banyak penghargaan, selain itu dua lagu baru turut dimasukan diantaranya "Jangan Gila" dan "3 Salahmu". Album ini merupakan album kompilasi Bunga selama kariernya dari album Cinta Pertama hingga Tentang Kamu. Lagu ini mendeskripsikan tentang ketulusan dan kesucian cinta dari aku lirik terhadap tokoh atau subjek yang menjadi perhatiannya. Aku lirik begitu tulus mencintai tokoh yang ia kasihi atau yang menjadi perhatiannya tersebut. Oleh karenanya, penulis menemukan kesamaan dalam lagu tersebut yang berintekstual dengan puisi “Sajak Putih”. Dari sejumlah bait yang terdapat dalam lagu "Cinta Sejati" penulis akan mengutip dua bait yang isinya berkaitan dengan puisi "Sajak Putih" yang ditulis oleh Chairil Anwar

Cinta Sejati
Penyanyi Bunga Citra Lestari
Pengarang lagu Melly Goeslaw

Manakala hati menggeliat mengusik renungan
Mengulang kenangan saat cinta menemui cinta
Suara sang malam dan siang seakan berlagu
Dapat aku dengar rindumu memanggil namaku

Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian

Aku tak pernah pergi, selalu ada di hatimu
Kau tak pernah jauh, selalu ada di dalam hatiku
Sukmaku berteriak, menegaskan ku cinta padamu
Terima kasih pada maha cinta menyatukan kita

Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian

Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita

Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati

Saat aku tak lagi di sisimu
Ku tunggu kau di keabadian

Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati

Lembah yang berwarna
Membentuk melekuk memeluk kita
Dua jiwa yang melebur jadi satu
Dalam kesunyian cinta

Cinta kita melukiskan sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati


Aku lirik menceritakan atau mencurahkan kebahagiaan cintanya  hingga membuatnya merasa bahwa sang malam dan siang seakan berlagu didengarnya. Hal tersebut juga terdapat dalam puisi “Sajak Putih” pada bait kedua larik pertama berikut  Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba. Dalam hal ini konteksnya mengacu pada klausa Sepi menyanyi, sepi disini merupakan konotasi yang dapat diartikan sebagai malam. Dikatakan demikian karena sepi identik dengan keadaan malam yang sunyi sehingga menimbulkan rasa sepi. Namun walaupun demikian hal tersebut didengarnya seperti nyanyian saja. Selain itu, dalam puisi “Sajak Putih” aku lirik menegaskan pula ketulusan cintanya kepada tokoh yang menjadi perhatiannya bahwa kematian yang akan menghampiri mereka tidak akan mengubah cinta mereka. Hal tersebut terdapat pada bait ketiga larik keempat berikut antara kita mati datang tidak membelah..... larik tersebut juga berkaitan dengan lirik dari lagu “Cinta Sejati” berikut saat aku tak lagi di sisimu ku tunggu kau di keabadian. Lirik tersebut menjelaskan perasaan aku lirik tentang perasaan cintanya yang tulus kepada tokoh yang menjadi perhatiaanya bahwa cintanya begitu sejati hingga membuatnya bersedia menunggu tokoh yang menjadi perhatiannya di keabadian saat ia sudah tidak berada disisinya karena kematian yang memisahkan keduanya. Maka dalam hal ini tidak salah jika lagu “Cinta Sejati” yang dinyanyikan oleh Bunga Citra Lestari ini memiliki hubungan interteskstual dengan puisi “Sajak Putih” karya Chairil Anwar.